Segala puji bagi Allah, Pencipta alam semesta, salawat beserta salam untuk Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, keluarga beserta seluruh para sahabatnnya, selawat dan salam yang tiada hingganya. Berikut ini adalah pembahasan ringkas tentang keutamaan ilmu, langkah-langkah yang harus ditapaki dalam menuntut ilmu serta parasitisme yang harus dibersihkan dari jalan ilmu, semoga bisa menjadi titian bagi pencinta ilmu. Pada Allah kita mohon pertolongan, sesungguhnya tiada kekuatan kecuali atas pertolongan Allah.
Kemulian Ilmu dalam Al Quran
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan dalam kitabNya yang mulia tentang ilmu dan macam-macamnya, suatu kali dalam bentuk pujian yaitu ketika menyebutkan tentang ilmu yang bermanfaat, suatu kali dalam bentuk celaan ketika menyebutkan tentang ilmu yang tidak berguna.
Contoh untuk bentuk yang pertama yaitu dalam bentuk pujian:
Orang yang berilmu berbeda dari orang tidak berilmu dalam segala aspek kehidupan.
Allah swt memuji orang-orang berilmu dalan firmanNya mulia,
“Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui”. (QS. Az Zumar: 9).
Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada RasuNya Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam atau kepada orang-orang yang mengikuti petunjuknya untuk bertanya kepada umat manusia seluruhnya, apakah sama orang-orang yang memiliki ilmu dengan orang-orang yang tidak memiliki ilmu; baik dalam keyakinan, perbuatan dan perkataannya, maupun amal ibadahnya, tindak-tanduk dan perilakunya serta tutur bicaranya, jelas jawabannya tentu tidak sama, fakta sendiri membuktikan orang yang berilmu sangat berbeda kehidupan dan perilakunya dengan orang-orang yang tidak berilmu.
Sebagai contoh orang yang berilmu tentang keesaan Allah, sesungguhnya orang yang beri lmu tentang keesaan Allah, ia akan mengikhlaskan seluruh ibadahnya untuk Allah semata, karena Allah itu Maha Esa dalam segala penciptaan dan perbuatan-Nya, dalam segala nama dan sifat-sifat-Nya, tidak seorang pun yang mampu meniru ciptaan Allah, dan tidak seorang pun yang memiliki sifat seperti sifat Allah, oleh sebab itu Allah mengharamkan menyembah kepada selain-Nya, karena Allah itu Maha Sempurna dalam segala ciptaan dan Maha Sempurna dalam segala sifat-sifat-Nya, maka selain Allah adalah makhluk yang tidak lepas dari segala kekurangan dan kelemahan, maka makhluk itu tidak berhak untuk disembah karena ia tidak ikut andil sedikit pun dalam mengatur kehidupan alam ini, bahkan ia sendiri dibawah kekuasan Sang Maha Kuasa, ia tidak mampu untuk memberikan manfaat untuk dirinya sendiri apalagi untuk orang lain, begitu juga ia tidak mampu menolak bencana dan bahaya serta penyakit dari dirinya sendiri bagaimana pula ia akan mampu untuk menolak bahaya dan bencana dari selainnya.
Orang yang berilmu juga sangat berbeda dalam hal perbuatan, sikap dan tindak tanduk sehari-hari. Dirinya maupun manusia lain serta alam semesta selamat dari kerusakan dan kejelekan perbuatannya, ia akan menjauhi sikap merusak, karena ilmu yang dimilikinya menuntunnya ke arah yang benar, ia tidak mau berbuat kerusakan karena yang akan menanggung akibat dari sikap merusak itu adalah dirinya sendiri, ia tidak akan melakukan penipuan, pengkhianatan, dan lain sebagainya dari berbagai macam tindakan moral dan anggota tubuhnya.
Orang yang berilmu lidahnya akan selamat dari sikap suka bohong, bergunjing serta adu domba, dan lain sebagainya dari perbuatan lidah. Oleh sebab itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya,
“Apakah orang-orang yang suka melakukan bermacam kejahatan itu mengira bahwa kami akan memperlakukan mereka sebagaimana memperlakukan orang-orang yang beriman dan beramal saleh?, (apakah mereka mengira bahwa) kehidupan dan kematian mereka sama!, betapa jeleknya prasangkaan mereka”. (QS. Al Jatsiyah: 2).
Bahkan hewan sekalipun berbeda antara yang memiliki ilmu dengan yang tidak memilikinya, oleh sebab itu Allah menghalalkan buruan yang ditangkap oleh binatang yang terdidik. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah,
“Mereka bertanya kepadamu, apa yang dihalakan untuk mereka, katakanlah; dihalalkan untuk kalian yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang yang telah kamu ajar untuk berburu, menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu”. (QS. Al Maaidah: 4).
Allah mengangkat orang-orang yang berilmu sebagai saksi bahwa tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah semata.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang berilmu dalam firman-Nya yang mulia,
“Allah bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga) menegakkan (persaksian itu) dengan adil”. (QS. Ali Imran: 18).
Keutamaan-keutamaan yang tersimpul dalam ayat ini untuk orang-orang yang berilmu terdapat dalam bentuk-bentuk berikut ini:
-
Dari segi materi persaksian; yaitu kalimat tauhid, adalah kalimat yang sangat agung, kalimat dengan tujuan untuk merealisasikannya, diciptakannya jin dan manusia, kalimat yang menjadi pembeda antara mukmin dan kafir, antara penghuni surga dan neraka.
-
Dari segi tingkat persaksian; yaitu digandengnya persaksian orang-orang yang berilmu dengan persaksian Allah dan para malaikat-Nya.
-
Dari segi sifat persaksian, yaitu persaksian yang sangat adil, keadilan yang utama sekali yang wajib ditegakkan, adalah keadilan terhadap hak Allah, yaitu tidak memberikan sesuatu yang menjadi hak Allah kepada selain Allah, ibadah adalah hak Allah semata, yang tidak boleh di berikan kepada selain Allah.
Kezaliman yang amat besar adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak Allah kepada selain Allah, yaitu berbuat syirik kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam firman-Nya yang mulia,
“Sesungguhnya kesyirikan itu adalah kezoliman yang amat besar”. (QS. Luqman: 13).
Maka golongan yang sesungguhnya menegakkan keadilan di muka bumi ini adalah golongan para ulama dan orang-orang yang memiliki ilmu, baik keadilan terhadap hak Allah maupun keadilan terhadap makhluk, maka oleh sebab itu Allah telah mengangkat mereka sebagai saksi-saksi yang adil di permukaan bumi ini dan menyebutkan persaksian mereka setelah persaksian Allah dan persaksian para malaikat. Selama keadilan kepada Allah belum ditegakkan selama itu pula keadilan di tengah-tengah umat manusia tidak akan tegak. Oleh sebab itu seluruh para nabi dan Rasul memulai dakwah mereka kepada keadilan terhadap hak Allah demi untuk tegaknya keadilan dalam kehidupan manusia.
Mencari ilmu yang bermanfat adalah perintah Allah kepada Nabi yang paling mulia dan penghulu segala rasul, yaitu Nabi kita Muhammad Shalalahu ‘alaihi wa salam.
Sebagaimana Allah perintahkan Nabi kita Muhammad Shalalahu ‘alaihi wa sallam untuk selalu berdo’a supaya ilmunya ditambah Allah, disebutkan Allah dalam firman-Nya yang mulia,
“Katakanlah (wahai Muhammad): Ya tuhanku !, tambahlah ilmuku”. (QS. Thahaa: 114).
Perintah ini adalah ajaran kepada umatnya untuk tetap berusaha mencari ilmu yang bermanfaat dan supaya berdoa selalu untuk mendapat ilmu tersebut, setelah melakukan usaha-usaha yang mendukung untuk tercapainya ilmu tersebut.
Hal ini direalisasikan sendiri oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam kehidupan beliau sehari-hari, sebagaimana yang diriwayatkan oleh istri beliau, Ummu Salamah radhiallahu ‘anha:
Ummu Salamah meceritakan bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah mengucapkan salam saat selesai sholat subuh ia membaca (do’a): “Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada engkau ilmu yang bermamfaat, rezki yang baik dan amal yang diterima”.
Allah memuji orang yang berilmu, bahwa mereka adalah hamba yang paling takut kepada Allah.
Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah yang mulia,
“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya adalah para ulama”. (QS. Faathir: 28).
Di antara karismatik yang sangat menonjol dalam diri seorang yang berilmu adalah rasa takut kepada Allah, takut dari melanggar larangan Allah, takut dari meninggalkan suruhan Allah, takut terhadap azab dan siksaan Allah, sebagaimana mereka juga takut untuk berbicara tentang hukum-hukum Allah tanpa ilmu yang dimiliki, rasa takut tersebut semakin memotivasi mereka untuk menggali ilmu agama dan untuk beramal dengan ilmu mereka serta menyampaikan ilmu tersebut kepada seluruh umat manusia.
Di antara sebab-sebab yang menyebabkan seseorang seringnya melanggar perintah Allah, adalah karena jahil atau bodoh dengan hukum perbuatan tersebut, atau jahil dengan sifat-sifat Allah, atau jahil dengan ancaman dan azab yang akan ditimpakan terhadap orang yang melakukan perbuatan maksiat tersebut, atau jahil dengan pahala dan ganjaran yang dijanjikan Allah terhadap orang yang menjauhi perbuatan maksiat tersebut, atau jahil dengan hari akhirat (hari pembalasan), atau jahil dengan surga dan segala nikmat yang terdapat di dalamnya, atau jahil dengan neraka dan segala macam azab yang terdapat di dalamnya.
Allah mengangkat derajat orang-orang yang berilmu di dunia dan di akhirat.
Sebagaimana yang Allah sebutkan dalam firman-Nya, “Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang diberi ilmu (diangkat lagi) beberapa derajat”. (QS. Al Mujaadalah: 11).
Dalam ayat ini menunjukkan kepada kita seorang muslim betapa eratnya hubungan antara iman dan ilmu, antara satu dan lainnya tidak dapat dipisahkan. Keimanan akan semakin meningkat nilainya apabila ditopang oleh ilmu, mencari ilmu yang bermanfaat adalah salah satu jalan untuk meningkatkan kualitas keimanan, begitu juga sebaliknya, ilmu akan semakin berguna apa bila membuatnya semakin tunduk dan patuh kepada perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya.
Oleh karena itu Allah katakan bahwa orang-orang yang berilmu adalah hamba yang paling takut kepada Allah. Berikutnya ayat di atas juga menunjukkan tentang kemuliaan orang yang berilmu, di mana Allah mengangkat derajat mereka di hadapan manusia baik di dunia maupun di akhirat kelak, kemuliaan mereka di dunia terlihat di saat semua makhluk menyenangi dan mencintai mereka termasuk makhluk selain manusia, seperti malaikat dan binatang melata sekalipun, karena itu terdapat dalam sebuah hadis bahwa para malaikat melanglang buana di atas bumi ini mencari tempat perkumpulan penuntut ilmu, ikan di laut sekalipun memohon ampunan untuk para penuntut ilmu, mereka di tengah-tengah makhluk bagaikan pelita di tengah gelap gulita, seluruh lapisan umat membutuhkan mereka mulai dari rakyat jelata sampai kepada penguasa sekalipun, mereka tempat bertanya di saat pergi dan tempat memberi berita di saat kembali, itulah sebuah kata pepatah mengatakan, mereka bagaikan matahari di kala siang dan bagaikan bintang di kala malam, di akhirat kelak mereka akan di tempat di tempat yang amat mulia, di tempat yang tinggi, di surga yang keindahannya tidak pernah terlihat oleh mata dan tidak bisa dibayangkan dengan hati, ucapan selamat untuk anda wahai para penuntut ilmu.
- Bersambung, Insya Allahu Ta’ala –

Related Posts : akhlaq dan nasehat,
artikel islami,
tafsir
Para Komentator :
Posting Komentar