Seperti Penjual Parfum

Barangkali pernah anda menjumpai seorang yang tadinya berakhlak baik, shalih dan aqidahnya benar bahkan sikap dan tingkah lakunyapun mulia, namun tiba-tiba berubah total menjadi berakhlak bunik, aqidahnya luntur, sering melakukan perbuatan tercela dan terjerumus ke lubang kenaksiatan. Ini tidak lain pengaruh yang kuat dari pergaulannya dengan teman yang berakhlak buruk dan sering melakukan kemungkaran. Namun sebaliknya adapula di antara manusia yang mendapat hidayah, yang semula buruk perangainya kemudian berubah 180 derajat menjadi baik lantaran bergaul dengan teman yang shalih.
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup berkelompok, tidak mungkin bisa hidup sendirian. la pasti butuh lingkungan dan pergaulan.Teman bergaul merupakan elemen penting dalam memenuhi kebutuhan hidup bersosialisasi.

Berbeda dengan Ikan Laut
Sudah menjadi tabiat manusia, dalam berteman akan terjadi saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Manusia tidak bisa seperti ikan laut, meski hidup di air tempat tinggalnya yang penuh dengan kandungan garam, tetapi ikan tersebut tidak ikut asin. Lingkungan sekitar yang tidak mengenakkan tidak beipengaruh pada dirinya. Ibarat pewama kain yang mudah luntur, bergaul dengan teman yang buruk perangainya dan berhati kotor sedikit banyak akan melunturi dan mengotori hati dengan noda warna yang buruk. Sedang bergaul dengan teman yang shalih akan berimbas juga kebaikan itu pada seseorang. Nabi SAW mengingatkan: “Perumpamaan teman yang shalih dengan yang buruk itu seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi akan membuatmu harum karena kamubisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium ban wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap“. (HR.Bukhari & Muslim).
Namun tidak semua orang suka bergaul dengan “penjual parfum” karena sudah menjadi tabiat manusia, mereka cenderung mencari teman gaul yang sepadan, yang memiliki cara pandang dan kebiasaan yang tidak jauh berbeda.
Mengikuti Agama Teman
Fitrah manusia memang cenderung ingin meniru tingkah laku dan kebiasaan temannya. Teman yang baik memberikan pembiasaan yang baik, dan teman yang buruk niscaya sedikit demi sedikit menularkan keburukannya pula. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa teman merupakan cermin pribadi seseorang. Dengan kata lain, seseorang tidak akan jauh dari pribadi teman dekatnya.
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab dan batasan dalam pergaulan. Karena kelemahan hati manusia yang akan dengan mudahnya terpangaruh atau tertular keburukan temannya, maka Allah SWT telah memberikan batasan siapa saja yang boleh kita jadikan teman dekat, yakni, hanya orang-orang yang beriman saja, sebagaimana firman-Nya: “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah…… ” (QS.AliImran:28).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim diceritakan, ketika Nabi SAW menjenguk Abu Thalib, paman beliau yang sedang menghadapi sakaratul maut, maka masuk pula Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umaiyyah, dua gembong kafir Quraisy dan duduk di sisi kepala Abu Thalib. Nabi SAW berbisik: “Wahai Abu Thalib, pamanku, ucapkanlah kalimat laa ilaha illallah, supaya aku bisa beralasan kelak bagimu dengannya di sisi Allah“. Abu Jahal dan Abdulah bin Umaiyyah menyela dan berkata : “Wahai Abu Thalib, sanggupkah kamu meninggalkan agama Abdul Muthalib?” Demikian, tidaklah Nabi SAW kedua orang kafir itu (Abu Jahal dan Abdullah bin Umaiyyah) juga menyela dan menyeru Abu Thalib agar tetap pada agama nenek moyangnya. Abu Thalib tidak mau mengucapkan kalimat tauhid (laa ilaba illalah) hingga ajal menjemputnya dan mati dalam kekafirannya. Hadits di atas membuka mata kita betapa kuatnya pengaruh teman dekat pada seseorang, sehingga Abu Thalib yang mengasuh dan sangat menyayangi Nabi SAW serta banyak berkorban mendukung dakwah Nabi SAW, tidak mempan dengan talqin beliau dan akhirnya mati dalam kekafiran akibat pengaruh kuat teman bergaulnya yang kafir.
Berkenaan dengan pengaruh yang kuat dan teman bergaul, sekali lagi Nabi SAW mengingatkan: “AR RUALU ‘ALA DINI KHALILIHI FAL YAMDZUR AHADUKUM MAY YUKHA’ ULU (Orang itu mengikuti agama temannya, maka setiap orang hendaklah melihat siapa yang menjadi temannya) ” (HR.Imam Ahmad, Abu Dawud, At Tmnidzi & Hakim).
Nasihat Nabi SAW perlu menjadi bahan renungan bagt para orang tua yang mempunyai putra-putri yang menginjak usia remaja, agar lebih jeli dalam mengawasi pergaulannya di luar rumah dengan memperhatikan siapa yang menjadi teman anak kita. Apalagi akhir-akhir ini ’setan manusia’ pengedar narkotika dan obat terlarang (Narkoba) mengincar anak-anak sekolah sebagai korbannya.
Mari kita simak nasihat Qatadah: “Demi Allah, aku belum pernah melihat seseorang berteman dengan seseorang melainkan ia akan menyerupainya. Maka bertemanlah dengan hamba-hamba Allah yang shalih, agar kamu di golongkan dengan mereka atau menjadi seperti mereka“. Bertemanlah dengan “penjual parfum”.
Sumber : Lembar risalah An-Natijah, No. 19/Thn. XIII 9 Mei 2008



Para Komentator :

Komentar Hari Ini
Indonesia News Reviews mengatakan... Reply

Tulisan yang cukup menarik... selama ini kehawatiran saya adalah... siapa yang berteman dengan anak saya.. mungkin ada baiknya .. anak dicemplungkan saja dilingkungan penjual minyak wangi.. Peace :)

syahidacomputer mengatakan... Reply

bisa diambil suatu pelajaran, .... selalu berhati-hati dalam memilih teman.

أحمـــد ذولـــقرنـــين mengatakan... Reply

hahaha bagus tuch biar gk bauk cemplungkan aja sekalian... thanks for your visit
Akhi Syahida yups InsyaAllah

oempak mengatakan... Reply

bener nih bkin saya kepikiran jg, but anyway thanks :)

أحمـــد ذولـــقرنـــين mengatakan... Reply

u well comw akhi... Jazakallah

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar

 

Sepatah Kata

Selamat datang dan bergabung sahabat. Jazakallah khoir atas kunjungan sahabat.. Blog ini merupakan ungkapan murni hati ane sendiri tanpa melihat ide dan pikiran orang lain. Semuanya mengalir seperti air, semuanya adalah ekspresi diri, semuanya adalah Selengkapnya

Sepintas Tentang Penulis

Kehidupan manusia dipenuhi oleh banyak peristiwa cinta, senyum, kegembiraan, keceriaan, persahabatan, kebencian,kegalauan, kesedihan, kemurungan, permusuhan Selengkapnya

Info