Ahlus Sunnah tentu tidak asing bagi kaum muslimin. Bahkan mereka semua mengaku sebagai Ahlus Sunnah. Tapi siapakah Ahlus Sunnah itu? Dan siapa pula kelompok yg disebut Rasulullah sebagai orang-orang asing?Telah menjadi ciri perjuangan iblis dan tentara-tentaranya yaitu terus berupaya mengelabui manusia. Yang batil bisa menjadi hak dan sebaliknya yg hak bisa menjadi batil. Sehingga ahli kebenaran bisa menjadi pelaku maksiat yg harus dimusuhi dan diisolir. Dan sebaliknya pelaku kemaksiatan bisa menjadi pemilik kebenaran yg harus dibela. Syi’ar pemecah belah ini merupakan ciri khas mereka dan mengganggu perjalanan manusia menuju Allah merupakan tujuan tertinggi mereka.Tidak ada satupun pintu kecuali akan dilalui iblis dan tentaranya. Dan tidak ada satupun amalan kecuali akan dirusakkannya minimalnya mengurangi nilai amalan tersebut di sisi Allah Subhanahu Wata’ala. Iblis mengatakan di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala: “Karena Engkau telah menyesatkanku maka aku akan benar-benar menghalangi mereka dari jalan-Mu yg lurus dan aku akan benar-benar mendatangi mereka dari arah depan dan belakang dan samping kiri dan samping kanan.” Dalam upayanya mengelabui mangsanya Iblis akan mengatakan bahwa ahli kebenaran itu adalah orang yg harus dijauhi dan dimusuhi dan kebenaran itu menjadi sesuatu yg harus ditinggalkan dan dia mengatakan: “Sehingga Engkau ya Allah menemukan kebanyakan mereka tidak bersyukur.” Demikian halnya yg terjadi pada istilah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Istilah ini lbh melekat pada gambaran orang-orang yg banyak beribadah dan orang-orang yg berpemahaman sufi. Tak cuma itu semua kelompok yg ada di tengah kaum muslimin juga mengaku sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah. Walhasil nama Ahlus Sunnah menjadi rebutan orang. Mengapa demikian? Apakah keistimewaan Ahlus Sunnah sehingga harus diperebutkan? Dan siapakah mereka sesungguhnya?Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kita harus merujuk kepada keterangan Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam dan ulama salaf dalam menentukan siapakah mereka yg sebenarnya dan apa ciri-ciri khas mereka. Jangan sampai kita yg digambarkan dalam sebuah sya’ir:Semua mengaku telah meraih tangan LailaDan Laila tidak mengakui yg demikian ituBahwa tidak ada maknanya kalau hanya sebatas pengakuan sementara dirinya jauh dari kenyataan.Secara fitrah dan akal dapat kita bayangkan sesuatu yg diperebutkan tentu memiliki keistimewaan dan nilai tersendiri. Dan sesuatu yg diakuinya tentu memiliki makna jika mereka berlambang dengannya. Mereka mengakui bahwa Ahlus Sunnah adl pemilik kebenaran.
Buktinya setelah mereka memakai nama tersebut mereka tidak akan ridha utk dikatakan sebagai ahli bid’ah dan memiliki jalan yg salah. Bahkan mengatakan bahwa dirinya merupakan pemilik kebenaran tunggal sehingga yg lain adl salah. Mereka tidak sadar kalau pengakuannya tersebut merupakan langkah utk membongkar kedoknya sendiri dan memperlihatkan kebatilan jalan mereka. Yang akan mengetahui hal yg demikian itu adl yang melek dari mereka.As SunnahBerbicara tentang As Sunnah secara bahasa dan istilah sangat penting sekali. Di samping utk mengetahui hakikatnya juga utk mengeluarkan mereka-mereka yg mengakui sebagai Ahlus Sunnah. Mendefinisikan As Sunnah ditinjau dari beberapa sisi yaitu sisi bahasa syari’at dan generasi yg pertama ahlul hadits ulama ushul dan ahli fiqih.As Sunnah menurut bahasaAs Sunnah menurut bahasa adl As Sirah baik yg buruk ataupun yg baik.
Khalid bin Zuhair Al Hudzali berkata:Jangan kamu sekali-kali gelisah krn jalan yg kamu tempuhKeridhaan itu ada pada jalan yg dia tempuh sendiri.As Sunnah menurut Syari’at Dan Generasi Yang PertamaApabila terdapat kata sunnah dalam hadits Rasulullah atau dalam ucapan para sahabat dan tabi’in maka yg dimaksud adl makna yg mencakup dan umum. Mencakup hukum- hukum baik yg berkaitan langsung dgn keyakinan atau dgn amal apakah hukumnya wajib sunnah atau boleh.Al Hafidz Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari 10/341 berkata: “Telah tetap bahwa kata sunnah apabila terdapat dalam hadits Rasulullah maka yg dimaksud bukan sunnah sebagai lawan wajib .”Ibnu ‘Ajlan dalam kitab Dalilul Falihin 1/415 ketika beliau mensyarah hadits ‘Fa’alaikum Bisunnati’ berkata: “Artinya jalanku dan langkahku yg aku berjalan di atasnya dari apa-apa yg aku telah rincikan kepada kalian dari hukum-hukum i’tiqad dan amalan-amalan baik yg wajib sunnah dan sebagainya.”Imam Shan’ani berkata dalam kitab Subulus Salam 1/187 ketika beliau mensyarah hadits Abu Sa’id Al-Khudri “di dalam hadits tersebut disebutkan kata ‘Ashobta As Sunnah’ yaitu jalan yg sesuai dgn syari’at.”Demikianlah kalau kita ingin meneliti nash-nash yg menyebutkan kata “As Sunnah” maka akan jelas apa yg dimaukan dgn kata tersebut yaitu: “Jalan yg terpuji dan langkah yg diridhai yang telah dibawa oleh Rasulullah. Dari sini jelaslah kekeliruan orang-orang yg menisbahkan diri kepada ilmu yg menafsirkan kata sunnah dgn istilah ulama fiqih sehingga mereka terjebak dalam kesalahan yg fatal.As Sunnah Menurut Ahli HaditsAs sunnah menurut jumhur ahli hadits adl sama dgn hadits yaitu: “Apa-apa yg diriwayatkan dari Rasulullah baik berbentuk ucapan perbuatan ketetapan dan sifat baik khalqiyah atau khuluqiyah .As Sunnah Menurut Ahli Ushul FiqihMenurut Ahli Ushul Fiqih As Sunnah adl dasar dari dasar-dasar hukum syaria’at dan juga dalil-dalilnya.Al Amidy dalam kitab Al Ihkam 1/169 mengatakan: “Apa-apa yg datang dari Rasulullah dari dalil-dalil syari’at yg bukan dibaca dan bukan pula mu’jizat atau masuk dalam katagori mu’jizat”.As Sunnah Di Sisi Ulama FiqihAs Sunnah di sisi mereka adl apa-apa yg apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak berdosa.Di sini bisa dilihat mereka yg mengaku sebagai ahlus sunnah -dengan menyandarkan kepada ahli fikih- tidak memiliki dalil yg jelas sedikitpun dan tidak memiliki rujukan hanya sebatas simbol yg sudah usang. Jika mereka memakai istilah syariat dan generasi pertama mereka benar-benar telah sangat jauh. Jika mereka memakai istilah ahli fiqih niscaya mereka akan bertentangan dgn banyak permasalahan. Jika mereka memakai istilah ulama ushul merekapun tidak akan menemukan jawabannya. Jika mereka memakai istilah ulama hadits sungguh mereka tidak memilki peluang utk mempergunakan istilah mereka. Tinggal istilah bahasa yg tidak bisa dijadikan sebagai hujjah dalam melangkah terlebih menghalalkan sesuatu atau mengharamkannya.Ahlu Sunnah memiliki ciri-ciri yg sangat jelas di mana ciri-ciri itulah yg menunjukkan hakikat mereka.1. Mereka adl orang-orang yg mengikuti jalan Rasulullah dan jalan para sahabatnya yg menyandarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah dgn pemahaman salafus shalih yaitu pemahaman generasi pertama umat ini dari kalangan shahabat tabi’in dan generasi setelah mereka. Rasulullah bersabda:“ Sebaik-baik manusia adl generasiku kemudian orang-orang setelah mereka kemudian orang-orang setelah mereka.” 2. Mereka kembalikan segala bentuk perselisihan yg terjadi di kalangan mereka kepada Al Qur’an dan As Sunnah dan siap menerima apa-apa yg telah diputuskan oleh Allah dan Rasulullah. Firman Allah:“Maka jika kalian berselisih dalam satu perkara kembalikanlah kepada Allah dan Rasulullah jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan yg demikian itu adl baik dan lbh baik akibatnya.” “Tidak pantas bagi seorang mukmin dan mukminat apabila Allah dan Rasul-Nya memutuskan suatu perkara utk mereka akan ada bagi mereka pilihan yg lain tentang urusan mereka.
Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah sesat dgn kesesatan yg nyata. 3. Mereka mendahulukan ucapan Allah dan Rasul daripada ucapan selain keduanya. Firman Allah:“Hai orang-orang yg beriman janganlah kalian mendahulukan terhadap ucapan Allah dan Rasul dan bertaqwalah kalian kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” 4. Menghidupkan sunnah Rasulullah baik dalam ibadah mereka akhlak mereka dan dalam semua sendi kehidupan sehigga mereka menjadi orang asing di tengah kaumnya. Rasulullah bersabda tetang mereka:“Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali pula daam keadaan asing maka berbahagialah orang-orang dikatakan asing.” {HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah dan Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma}5. Mereka adl orang-orang yg sangat jauh dari sifat fanatisme golongan. Dan mereka tidak fanatisme kecuali kepada Kalamullah dan Sunnah Rasulullah. Imam Malik mengatakan: “Tidak ada seorangpun setelah Rasulullah yg ucapannya bisa diambil dan ditolak kecuali ucapan beliau.”6. Mereka adl orang-orang yg menyeru segenap kaum muslimin agar bepegang dgn sunnah Rasulullah dan sunnah para shahabatnya.7. Mereka adl orang-oang yg memikul amanat amar ma’ruf dan nahi munkar sesuai dgn apa yg dimaukan Allah dan Rasul-Nya. Dan mereka mengingkari segala jalan bid’ah {lawannya sunnah} dan kelompok-kelompok yg akan mencabik-cabik barisan kaum muslimin.8. Mereka adl orang-orang yg mengingkari undang-undang yg dibuat oleh manusia yg menyelisihi undang-undang Allah dan Rasulullah.9. Mereka adl orang-orang yg siap memikul amanat jihad fi sabilillah apabila agama menghendaki yg demikian itu.Syaikh Rabi’ dalam kitab beliau Makanatu Ahli Al Hadits hal. 3-4 berkata: “Mereka adl orang- orang yg menempuh manhaj -nya para sahabat dan tabi’in dalam berpegang terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah dan menggigitnya dgn gigi geraham mereka.
Mendahulukan keduanya atas tiap ucapan dan petunjuk kaitannya dgn aqidah ibadah mu’amalat akhlaq politik maupun persatuan. Mereka adl orang-orang yg kokoh di atas prinsip-prinsip agama dan cabang-cabangnya sesuai dgn apa yg diturunkah Allah kepada hamba dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam. Mereka adl orang-orang yg tampil utk berdakwah dgn penuh semangat dan kesungguh-sungguhan. Mereka adl para pembawa ilmu nabawi yg melumatkan segala bentuk penyelewengan orang-orang yg melampaui batas kerancuan para penyesat dan takwil jahilin. Mereka adl orang-orang yg selalu mengintai tiap kelompok yg menyeleweng dari manhaj Islam seperti Jahmiyah Mu’tazilah Khawarij Rafidah Murji’ah Qadariyah dan tiap orang yg menyeleweng dari manhaj Allah mengikuti hawa nafsu pada tiap waktu dan tempat dan mereka tidak pernah mundur krn cercaan orang yg mencerca.”Ciri Khas Mereka1. Mereka adl umat yg baik dan jumlahnya sangat sedikit yg hidup di tengah umat yg sudah rusak dari segala sisi. Rasulullah bersabda:“Berbahagialah orang yg asing itu orang-orang baik yg berada di tengah orang-orang yg jahat. Dan orang yg memusuhinya lbh banyak daripada orang yg mengikuti mereka.” Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Madarijus Salikin 3/199-200 berkata: “Ia adl orang asing dalam agamanya dikarenakan rusaknya agama mereka asing pada berpegangnya dia terhadap sunnah dikarenakan berpegangnya manusia terhadap bid’ah asing pada keyakinannya dikarenakan telah rusak keyakinan mereka asing pada shalatnya dikarenakan jelek shalat mereka asing pada jalannya dikarenakan sesat dan rusaknya jalan mereka asing pada nisbahnya dikarenakan rusaknya nisbah mereka asing dalam pergaulannya bersama mereka dikarenakan bergaul dengan apa yg tidak diinginkan oleh hawa nafsu mereka”.Kesimpulannya dia asing dalam urusan dunia dan akhiratnya dan dia tidak menemukan seorang penolong dan pembela. Dia sebagai orang yg berilmu ditengah orang-orang jahil pemegang sunnah di tengah ahli bid’ah penyeru kepada Allah dan Rasul-Nya di tengah orang-orang yg menyeru kepada hawa nafsu dan bid’ah penyeru kepada yg ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran di tengah kaum di mana yg ma’ruf menjadi munkar dan yg munkar menjadi ma’ruf.”Ibnu Rajab dalam kitab Kasyfu Al Kurbah Fi Washfi Hal Ahli Gurbah hal 16-17 mengatakan: “Fitnah syubhat dan hawa nafsu yg menyesatkan inilah yg telah menyebabkan berpecahnya ahli kiblat menjadi berkeping-keping. Sebagian mengkafirkan yg lain sehingga mereka menjadi bermusuh-musuhan berpecah-belah dan berpartai-partai yg dulunya mereka berada di atas satu hati. Dan tidak ada yg selamat dari semuanya ini melainkan satu kelompok. Merekalah yang disebutkan dalam sabda Rasulullah: “Dan terus menerus sekelompok kecil dari umatku yang membela kebenaran dan tidak ada seorangpun yg mampu memudharatkannya siapa saja yang menghinakan dan menyelisihi mereka sampai datangnya keputusan Allah dan mereka tetap di atas yg demikian itu.”2. Mereka adl orang yg berada di akhir jaman dalam keadaan asing yg telah disebutkan dalam hadits yaitu orang-orang yg memperbaiki ketika rusaknya manusia. Merekalah orang- orang yg memperbaiki apa yg telah dirusak oleh manusia dari sunnah Rasulullah. Merekalah orang-orang yg lari dgn membawa agama mereka dari fitnah. Mereka adl orang yg sangat sedikit di tengah-tengah kabilah dan terkadang tidak didapati pada sebuah kabilah kecuali satu atau dua orang bahkan terkadang tidak didapati satu orangpun sebagaimana permulaan Islam.Dengan dasar inilah para ulama menafsirkan hadits ini. Al Auza’i mengatakan tentang sabda Rasulullah: “Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing.” Adapun Islam itu tidak akan pergi akan tetapi Ahlus Sunnah yg akan pergi sehingga tidak tersisa di sebuah negeri melainkan satu orang.” Dengan makna inilah didapati ucapan salaf yg memuji sunnah dan mensifatinya dgn asing dan mensifati pengikutnya dgn kata sedikit.” {Lihat Kitab Ahlul Hadits Hum At Thoifah Al Manshurah hal 103-104}Demikianlah sunnatullah para pengikut kebenaran. Sepanjang perjalanan hidup selalu dalam prosentase yg sedikit. Allah berfiman:“Dan sedikit dari hamba-hamba-Ku yg bersyukur.”Dari pembahasan yg singkat ini jelas bagi kita siapakah yg dimaksud dgn Ahlus Sunnah dan siapa-siapa yg bukan Ahlus Sunnah yg hanya penamaan semata. Benarlah ucapan seorang penyair mengatakan :Semua orang mengaku telah menggapai si Laila Akan tetapi si Laila tidak mengakuinya Walhasil Ahlus Sunnah adl orang-orang yg mengikuti Al Qur’an dan As Sunnah dgn pemahaman amalan dan dakwah salafus shalih.
Wallahu'alam
***
Para Komentator :
Posting Komentar