Assalamu`alaikum wr wb
Manusia lahir kedunia tidak dengan sim salabim abrakabra. Melainkan melalui sebuah proses yang panjang. Atau amat panjang malah. Dimulai dari proses ta`aruf, khitbah, walimahan, malam pengantin, lalu berlanjut dengan pertemuan antara sperma dan sel telur, terjadinya pembuahan, lalu belum juga berhenti karena masih berlanjut masa pembentukan janin dan ini terus menerus sampai sembilan bulan. Lalu muncullah manusia ini kemuka bumi dalam keadaan masih bayi. Dan proses ini ada diabadikan didalam Al quran silahkan Antum search sendiri bila ingin kreatif.
Menarik, secara tidak langsung Allah mengajarkan kita untuk mencari hikmah diantara penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam. Dan salah satunya adalah proses penciptaan manusia. Salah satu cara mengetahui hikmah dibalik proses lahirnya seorang manusia adalah kita dituntut untuk belajar sabar, tawadhu dan tidak tergesa-gesa. Dapat dibayangkan akan betapa butanya manusia ini bila ia tidak bisa belajar dari proses penciptaannya sendiri. Bagaimana tidak, sebuah pelajaran yang telah dilaluinya selama bertahun-tahun dapat dilupakan dengan hitungan menit. Jika ditanya siapakah yang ingin merugi, maka serempak dari kita akan menjawab bahwa tidak ada yang ingin merugi. Tapi, mengapa perbuatan kita termasuk kedalamnya.
Mungkin itu disatu sisi yang luas. Mari kita telaah kedalam sisi yang lebih spesifik. Ayat Al quran selalu memberikan gambaran apa yang didapat oleh orang-orang yang berilmu, bertaqwa, bersabar, dan bertaubat. Orang yang bertaqwa dijanjikan oleh Allah syurga firdaus, dan Allah juga menyertakan contoh atau model orang-orang yang bertaqwa. Dalam Al quran juga Allah menjelaskan apa yang akan didapat oleh orang-orang yang bertaubat dari sisi gelapnya. Sayangya, kita selalu terlena dengan hasil. Ya, kita terlena dengan hasil yang didapat oleh orang-orang yang dijanjikan oleh Allah di yaumil akhir nanti ataupun didunia.
Sebagian besar diantara kita selalu saja kagum kepada orang-orang yang telah bertaubat atau telah bertaqwa. Sebuah kekaguman yang luar biasa akan timbul didalam diri kita. Itu baik, tapi akan menjadi buruk pada saat kita hanya menjadikan itu angan-angan belaka. Sudah sering kita mendengar tentang orang yang menunda-menunda taubatnya. Sudah terlalu sering kita mendengar tentang orang yang mengungkapkan mimpinya untuk bisa menjadi insan yang bertaqwa kepada Allah. Tapi hanya cukup sampai disitu tidak pernah ada tindak lanjutnya lagi. Kalaupun ada, mungkin belum berusaha dengan maksimal sudah mundur dengan langkah seribu. Ini yang namanya mempelajari dari sebuah proses penciptaan manusia?
Seharusnya, kita bertanya bagaimana ia bisa menjadi seperti sekarang, apa yang dilakukannnya sehingga ia bisa bertaqwa. Apa saja kiat-kiat ia sehingga dapat kembali kejalan Allah. Pernahkah tercetus dalam pikiran kita untuk bertanya demikian. Pernahkah kita bertanya kepada mereka sudah berapa lama mereka berusaha? Bisa jadi, kita akan kaget tatkala mengetahui bahwa mereka telah berusaha selama bertahun-tahun sedangkan kita baru saja berusaha seminggu sudah mundur jauh. Apakah kita pernah menyadarinya? Ataukah anda pernah berpikir demikian?
Anggap saja saat kita bertanya bagaimana seseorang melakukan proses taubat ataupun mencapai taqwa layaknya kita membaca sebuah novel yang paling kita sukai. Membacanya lalu memcermatinya, indah. Tapi coba kita renungkan dan timbulkan pertanyaan bagaimana si penulis novel tersebut bisa mendapatkan ide cerita dan cara menulis yang sangat menarik tersebut. Bukan hanya membaca dan menikmatinya tetapi juga berpikir bagaimana dia bisa menulis seapik ini. Kita sudah terlalu lalai, kita sudah terlalu terlena. Sehingga semuanya hanya ada diangan-angan. Mimpi tinggallah mimpi tanpa pernah mau kita berusaha untuk menjadikannya sebuah kenyataan. Belum berusaha sudah mengatakan susah, belum berjalan sudah mengatakan lelah.
Semua orang memimpikan syurga akhirat, semua orang menginginkan keadaan yang paling nyaman dan aman untuk dirinya. Tapi pernah kita menempuhnya dengan sabar dan tenang layaknya proses terciptanya kita Sebagai manusia? Seorang arsitek menjadi seorang arsitek yang sukses karena ia berani mewujudkan mimpinya. Ia berani berusaha untuk itu. Ia menempuh bertahun-tahun belajar dari TK sampai sarjana untuk menjadi seorang arsitek. Dan ia tidak pernah menyerah untuk sebuah mimpinya. Dan apa yang dihasilkannya? Sebuah rumah yang sangat megah yang dulunya hanya sebuah mimpi dikepalanya. Tapi ia berani mengguratkan pensilnya untuk menggambarkan rumah tersebut. Syurga juga demikian, untuk mencapainya ada sebuah pengorbanan dan proses panjang untuk mencapainya. Untuk itu, belajarlah memahami proses. Karena dari sebuah proseslah sebuah hasil akan ditentukan. Semua tindakan diawali oleh niat dan di ukur oleh niat. Dan niat, itu dilihat dari hasil usaha dan doanya.
Wallahu`alam
wassalamu`alaikum wr wb
Related Posts : agama islam,
cahaya qalbu,
menata qalbu,
renungan qalbu
Para Komentator :
Posting Komentar